Puisiyang ditulis di puncak Mahameru atas kerinduan kepada Soe Hok Gie yang meninggal di puncak yang sama pada 16 Desember 1969. Dukung Penulis Indonesiana; Nikmatilah angin sore bersamaku sambil sesekali bercerita tentang Mandalawangi dan Mahameru.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu aku datang kembali kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan dan aku terima kau dalam keberadaanmu seperti kau terima daku aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada hutanmu adalah misteri segala cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali Dan bicara padaku tentang kehampaan semua "hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya "tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar 'terimalah dan hadapilah dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara aku terima ini semua melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu aku cinta padamu Pangrango karena aku cinta pada keberanian hidup Jakarta 19-7-1966 Puisi ini memberiku inspirasi untuk mulai mencintai gunung. Aku gak tahu tepatnya kapan aku temukan puisi ini. Lupa. Yang aku ingat, sejak tahu puisi ini dibuat oleh Soe Hok Gie, aku mulai tertarik dengan pembuatnya. Dan tertarik juga untuk menyambangi Mandalawangi. Pengen tahu sehebat apa pesonanya sampai-sampai Gie mengidolakan tempat itu. Bersyukur, aku gak perlu jauh-jauh cari info. Teh Dian, temanku waktu di Bandung, meminjamkan buku antiknya berjudul CATATAN SEORANG DEMONSTRAN CSD. Kusebut antik karena warna kertasnya yang udah kuning kecoklatan dan jahitannya yang udah gak utuh lagi menampakkan kalo buku itu sudah berumur. Mungkin karena itu aku tidak menemukan puisi Mandalawangi-Pangrango dalam buku CSD, karena ada beberapa halaman yang hilang. Soe Hok Gie, lahir di Jakarta 17 Desember 1942, seorang mahasiswa UI tahun '66 yang juga aktivis dan banyak menyuarakan tentang HAM dan tentang semua ketidakadilan yang terjadi di masa itu. Orangnya idealis, berani dan gigih. Dia mengobarkan pemikiran dan sikapnya melalui tulisan, dalam mimbar diskusi, rapat senat mahasiswa sampai berdiri di barisan terdepan dalam demonstrasi menentang rezim Soekarno. Dia juga tergabung dalam Mapala UI. Alun-alun Mandalawangi di gunung Pangrango adalah tempat favoritnya. Dia meninggal di gunung Semeru bersama seorang kawannya akibat menghirup gas beracun yang menghembus dari kawah Mahameru, tanggal 16 Desember 1969, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27. Pada tahun 1975, makamnya dibongkar dan tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango. Cita-cita Soe Hok Gie untuk mati di tengah alam betul-betul kesampaian. Cocok dengan ungkapan dari puisi Yunani yang suka dikutipnya; "Nasib terbaik adalah tak dilahirkan. Yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Bahagialah mereka yang mati muda." .,seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang yang sendirian, Selalu. Mula-mula, kau membantu menggulingkan suatu kekuasaan yang korup untuk menegakkan kekuasaan lain yang lebih bersih. Tapi sesudah kekuasaan baru ini berkuasa, orang seperti kau akan terasing lagi dan akan terlempar keluar dari sistem kekuasaan. Ini akan terjadi terus-menerus. Bersedialah menerima nasib ini, kalau kau mau bertahan sebagai seorang intelektual yang merdeka sendirian, kesepian, penderitaan,. Soe Hok Gie memang mati muda. Tapi semangatnya tetap hidup dan memberi inspirasi pada banyak orang. Sampai saat ini, puisi Mandalawangi-Pangrango menjadi puisi wajib bagi para pendaki gunung. "cerita hari ini berakhir dengan datangnya malam yang licik, yang diam2 datang dan merebahkan kelelahan2 dtubuhku...." "Merindukan cahaya bulan yang berbincang dengan hembusan bayu, Merindukan embun yang menetes manja di pucuk-pucuk edelweis" Lihat Puisi Selengkapnya
.
  • h714gro8fv.pages.dev/138
  • h714gro8fv.pages.dev/315
  • h714gro8fv.pages.dev/313
  • h714gro8fv.pages.dev/162
  • h714gro8fv.pages.dev/305
  • h714gro8fv.pages.dev/102
  • h714gro8fv.pages.dev/171
  • h714gro8fv.pages.dev/296
  • h714gro8fv.pages.dev/77
  • puisi soe hok gie mandalawangi